Senin, 05 Januari 2009

k-wan





Senin, 22 Desember 2008

foto paman

http://mmc.xl.net.id:30025/tgw/mms/zcnqkjc3xz4c40jg/!0
http://mmc.xl.net.id:30025/tgw/mms/6o1hbuc3xz5py62v/!0
http://mmc.xl.net.id:30025/tgw/mms/743osgc3xzaijwpy/!0
http://mmc.xl.net.id:30025/tgw/mms/0dl1udc3y2liyzbp/!0
http://mmc.xl.net.id:30025/tgw/mms/ekqxdyc3yaiflnpu/!1
http://mmc.xl.net.id:30025/tgw/mms/kkqrwbc3y2j8p8k9/!0

Selasa, 11 November 2008

Yang Kurang

Dibilang gak mampu ya gak mampu memang......dibilang bodoh ya memang bodoh......tulalit betul. gak bisa mikir panjang kayaknya.hidup teraniaya sejak kecil dan banyak kekurangan yang tak terbaca dalam tulisan ini. anehnya, meskipun hidup yang demikian yang dijalaninya,eehh.....musuhnya hwebat....... Manusia mana yang punya musuh sehebat musuhnya itu.(Kata Pak Guru, kalau orang merasa punya musuh maka ada musuh. Kalau orang merasa berteman maka banyak teman).


BEBERAPA NILAI RUJUKAN RASULULLAH SAW

AKHLAK RASULULLAH SAW

Segala perkataan, gerak-gerik, perilakunya dan diamnya Rasulullah SAW mengandung makna mendalam dan menjadi suri teladan bagi kita semua. Kita simak beberapa akhlak dan nasihat-nasihat beliau untuk kita teladani dalam kehidupan sehari-hari.

1. Cinta Kebersihan

Dalam kesederhanaannya, Rasulullah SAW tetap mencintai kebersihan dan kerapihan. “Tuhan adalah suci dan mencintai kesucian dan kebersihan” kata beliau.

Beliau sering menunjukkan penampilan menawan di hadapan keluarga dan sahabat-sahabatnya. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa beliau selalu memakai pakaian terbaik jika menerima utusan yang menghadap untuk mengikrarkan keislaman mereka. Dan beliau menganjurkan para sahabat untuk berpenampilan rapi, karena hal itu dapat meningkatkan citra kaum muslimin di mata para utusan dan sekaligus menunjukkan kualitas dan kebesaran Islam.

Rasulullah SAW pun sangat memperhatikan kesehatan. Mulut dan gigi mendapat perhatian khusus. Sikat gigi (siwak) adalah salah satu peralatan yang sering beliau gunakan dan bawa ke mana-mana, sehingga beliau memiliki gigi kuat dan putih cemerlang. Beliau mempunyai gigi seri yang agak renggang, bila beliau berbicara terlihat seperti ada cahaya yang memancar keluar di antara kedua gigi seri itu. “Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku suruh mereka bersiwak setiap kali hendak shalat” kata beliau. Demikian pula merawat mata merupakan kegiatan rutin.

Beliau makan secara teratur dan berusaha supaya tidak sampai kenyang. ”Makan sesudah lapar dan berhenti sebelum kenyang” nasihat beliau. Beliau sangat menyukai parfum dan mempunyai tempat khusus untuk menyimpannya. Hadiah parfum tak pernah ditolak beliau. Kehadiran beliau ditandai oleh wangi parfum yang khas. Bila beliau meletakkan tangan di atas kepala anak kecil, bekas sentuhan beliau masih dapat ditandai dengan keharumannya. “Parfum yang baik untuk pria adalah parfum yang tidak mencolok dan tidak meninggalkan noda pada pakaian. Sedangkan untuk para wanita adalah parfum yang lembut dan menawan”, demikian sabda Rasulullah SAW menurut Abu Hurairah r.a.

2. Mengucapkan Salam

“Apabila orang-orang yang beriman kepada keterangan-keterangan Kami datang kepadamu, ucapkanlah salam (keselamatan) untukmu” (QS. Al An’am/6: 54). Bahkan Allah SWT dan para malaikat bersalawat kepada Nabi SAW dan kaum beriman dianjurkan melakukan hal serupa.[1]

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr: Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Perbuatan apakah yang paling baik dalam Islam?”. Rasulullah bersabda, “Engkau memberi makan dan memberi salam kepada siapa saja yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal” (HR. Muttafaq Alalihi)

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.: Rasulullah SAW bersabda, “Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman hingga kamu saling menyayangi. Maukah kalian aku tunjuki suatu perbuatan yang jika kamu melakukannya maka kamu akan saling menyayangi? Sebarkan salam diantara kalian” (HR. Muslim). Kepada siapa memberi salam?

“Orang yang lebih muda memberi salam kepada yang lebih tua, orang yang lewat memberi salam kepada yang duduk-duduk, dan kelompok yang sedikit memberi salam kepada yang lebih banyak”. (HR. Abu Hurairah)

3. Kasih sayang

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang muknmin”. (QS. At Taubah/9: 128)

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, “Suatu hari Rasulullah SAW menciumi Al Hasan bin Ali di depan Al Aqra’ bin Habis At Tamimi. Aqra’ berkata, ‘Aku memiliki sepuluh anak dan tak satu pun dari mereka yang pernah kucium’. Rasulullah SAW memandangnya dan bersabda, ‘Barang siapa yang tidak pernah menyayangi tidak akan disayangi’.

Senada dengan itu Aisyah r.a. pun meriwayatkan, “Seorang Badui datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ‘Saya lihat Anda selalu menciumi anak-anak kecil, sedangkan kami tidak pernah melakukannya’. Rasulullah SAW bersabda, ‘Apalah dayaku untuk menolongmu bila Allah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu’ (HR. Mutafaq ’alaih)

Suhail bin Hanzhaliyah meriwayatkan, “Rasulullah SAW mendekati seekor unta tua yang kurus, beliau bersabda, ‘Bertaqwalah kepada Allah dalam bersikap terhadap binatang-binatang ternak yang tak bisa bicara ini. Kendarailah ia secara baik dan berilah ia makan secara baik pula”. (HR. Abu Dawud).[2]

4. Cinta Kerja

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah kurnia Allah dan berdzikirlah kepada Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS. Al Jum’ah/62: 10)

Islam tidak menghendaki para penganutnya menjadi orang-orang malas, mudah menyerah dan memandang buruk kegiatan bekerja. Islam menganjurkan supaya bekerja, karena bekerja melatih kesabaran, ketekunan, ketrampilan, kejujuran, ketaatan, disiplin dan memperkuat tubuh.

Waktu kecil Muhammad bin Abdullah mengembalakan kambing milik orang tua angkatnya Bani Sa’ad, kemudian mengerjakan hal yang sama untuk penduduk Mekah dengan mendapat sedikit upah. Sebelum menjadi Nabi, beliau melaksanakan perdagangan milik Siti Khadijah ke negeri Syam. Dan untuk menyambut serbuan kaum musyrikin Mekah pada Perang Khandaq, beliau bersama penduduk Madinah menggali parit mengelilingi kota Madinah. Dan beliau sendiri turut aktif mengerjakannya. Beliau sendiri menganjurkan orang-orang untuk rajin dan sungguh-sungguh bekerja.

“Sebaik-baik yang dimakan seseorang adalah hasil kerjanya sendiri”

“Barangsiapa meminta kepada kami akan kami beri dan barang siapa yang berusaha mencukupi keperluan sendirinya maka ia akan diberi kecukupan oleh Allah SWT, tetapi barangsiapa yang tidak meminta kepada kami maka ia lebih kami dukai”.

“Jika Kiamat datang sedangkan di tangan seseorang diantaramu ada bibit pohon korma, maka bila masih sempat menanamnya maka tanamlah bibit pohon itu”.
5. Pemurah

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (kurniaNya), lagi Maha Mengetahui”. QS. Al-Baqarah/2 : 261.

Beberapa hadits mengenai sifat pemurah, antara lain:

- “Rasulullah berkata kepada Asma’ binti Abu Bakar, ‘Berinfaklah engkau dan jangan pernah menghitung-hitung, sebab Allah akan menghitung-hitung pula kepadamu. Dan janganlah engkau kikir, karena jika kamu kikir, Allah akan kikir pula kepadamu”.

- “Sesungguhnya Allah murka kepada orang kikir pada waktu hidupnya dan pemurah ketika akan mati”

- “Celakalah budak dinar, celakalah budak dirham”.

Nabi SAW sendiri adalah pribadi yang terkenal pemurah dan dermawan. Abdullah bin Abbas r.a. berkata: “Rasulullah SAW adalah orang yang paling pemurah dalam hal kebaikan, lebih-lebih lagi pada bulan Ramadhan”.

Sedangkan Jabir bin Abdullah mengatakan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menjawab “tidak” bila diminta sesuatu. Rubayyi binti Mu’adz bin ‘Afra ra. bercerita: “Ayahku, Mu’adz bin ‘Afra menyuruh aku membawa baki yang penuh berisi kurma yang baru masak dan di atasnya terdapat buah qista yang berbulu halus untuk beliau, karena beliau menyukai buah itu. Lalu kupersembahkan baki itu kepada beliau. Saat itu di samping beliau ada setumpuk perhiasan hadiah dari Bahrein. Beliau mengambil perhiasan itu segenggam lalu diberikannya kepadaku”.

Para sahabat menyaksikan pada perang Hunain yang berakhir dengan kemenangan gemilang bagi kaum Muslimin, Rasulullah SAW membagi-bagikan banyak sekali harta rampasan perang kepada para muallaf Mekah seperti Abu Sufyan bin Harb dan Shafwan bin Umayyah yang mengakibatkan sebagian sahabat sempat merasa iri hati. Peristiwanya nya begini:

Banyak sekali harta rampasan yang diperoleh pada Perang Hunain, dan hampir sebagian besar harta itu dibagikan Rasulullah SAW kepada penduduk Makkah yang baru saja masuk Islam. Melihat itu ada suara-suara sumbang di kalangan kaum Anshar yakni orang-orang Madinah yang mendukung Islam sejak permulaan, kira-kira begini: “Nabi Muhammad telah bertemu kembali dengan keluarganya”. Rupanya suara-suara itu sampai juga kepada Rasulullah SAW yang segera meminta seluruh kaum Anshar berkumpul di sebuah lapangan. Di hadapan mereka Rasulullah SAW bersabda: “Wahai saudara-saudaraku kaum Anshar, aku telah mendengar sesuatu mengenai kejadian hari ini. Sebelum aku memberi penjelasan, aku terlebih dahulu ingin bertanya kepada saudara-saudara sekalian bukankah aku mendatangi kalian waktu kalian dalam keadaan sesat dari jalan kebenaran? Juga tidakkah aku datang kepada kalian waktu kalian sedang saling bermusuhan satu sama lain?”. Hening tak ada yang menjawab. Kemudian Rasulullah bertanya: “Mengapa tak ada yang menjawab? Jawablah!”. Mereka menjawab: “Memang benar demikian ya Rasulullah”. Beliau bertanya kembali: “Jawablah yang benar, saudara-saudara”. “Apa lagi yang harus kami jawab, ya Rasulullah?” jawab mereka. Rasulullah SAW bersabda: “Sebenarnya kalau kalian mau, kalian akan menjawab demikian ‘Hai Muhammad, tidakkah engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan oleh kaummu, sedangkan kami mempercayaimu? Tidakkah engkau datang dalam keadaan terusir, dan kami menerimamu dengan ikhlas? Dan dalam keadaan tanpa pembela, bukankah kami yang membelamu?’ Kalaupun kalian mengatakan seperti itu, pasti semua orang akan membenarkanmu. Sekarang pantaskah kalian merasa sedih karena melihat aku membagi-bagikan harta rampasan kepada orang-orang yang baru saja menerima Islam? Padahal aku yakin bahwa kalian adalah orang-orang yang telah teguh dan mantap imannya. Tidakkah kalian puas melihat orang-orang yang baru saja beriman itu pulang ke kampung halaman mereka dengan membawa unta dan kambing, padahal kalian pulang ke Madinah dengan membawa pribadi Rasulullah SAW? Demi Allah SWT, kalau pun tidak karena Hijrah pasti aku akan menjadi orang Anshar. Dan andaikata semua orang menempuh suatu jalan dan kaum Anshar menempuh jalan lain, niscaya aku, Muhammad, akan menempuh jalan yang dilalui kaum Anshar”. Setelah bersabda demikian, Rasulullah SAW mengangkat kedua tangan beliau dan berdo’a: “Ya Allah, limpahkanlah Rahmat-Mu kepada kaum Anshar, sekaligus kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka”. Mendengar itu meraunglah seluruh kaum Anshar sehingga basah wajah mereka dengan air mata, kemudian dalam tangisan itu mereka riuh berkata: “Kami ridla, ya Rasul, dengan engkau yang menjadi bagian kami dan marilah bersama kami pulang ke Madinah”. Dan memang benar, Rasulullah SAW memenuhi janji beliau. Beliau kembali bersama kaum Anshar ke Madinah dan wafat di sana.

6. Amanah

“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya”. (QS. Al-Ma’arij/70 : 32)

Anjuran Rasulullah SAW tentang amanah, antara lain:

“Sampaikan barang amanah kepada orang yang mengamanahkannya padamu, dan janganlah kamu berhianat pada orang yang berkhianat padamu”.

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak melakukan shalat”

“Umatku tetap dalam kesucian selama tidak menganggap amanat sebagai keuntungan dan tidak pula menganggap zakat sebagai suatu yang merugikan”

“Empat perkara yang bila ada padamu maka tidak apa-apa bagimu bila kamu kehilangan kesenangan dunia yaitu memelihara amanah, benar dalam berkata-kata, baik budi pekerti dan bersifat iffah meninggalkan yang tidak halal”.

“Ada empat perkara yang barangsiapa melakukannya ia adalah seorang munafik seutuhnya, dan barangsiapa yang melakukan satu dari empat perkara itu, maka ia mempunyai salah satu dari sifat-sifat kemunafikan hingga ia meninggalkannya. Yaitu bila dipercaya ia hianat, bila bercerita ia dusta, bila ia berjanji tidak menepatinya, dan bila ia bertengkar ia meninggalkan yang benar”

7. Keberanian dan keteguhan hati Rasulullah SAW

Sebuah perintah Allah SWT untuk bersikap berani, disiplin dan berjihad adalah sebagai berikut:

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun merasa berat dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. At Taubah/9 : 41)

Suatu saat para pemimpin Quraisy menemui Abu Thalib, pelindung Rasullullah SAW, dan memohon agar keponakan beliau menghentikan dakwah- nya. Mereka pun mengancam akan melakukan tindak kekerasan kepada Abu Thalib sendiri dan Muhammad SAW. Dan waktu Abu Thalib dengan penuh khawatir menyampaikan permintaan mereka kepada Rasulullah SAW, beliau menjawab: “Wahai pamanku, demi Allah walaupun matahari mereka letakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan tugasku ini, aku tidak akan meninggalkannya sampai Agama Allah menang atau aku yang binasa”. Lalu sambil berlinang air mata -karena mengira Abu Thalib akan menarik perlindungannya-, beliau berdiri dan ke luar. Saat itu juga sang paman memanggil beliau kembali dan mengatakan: “Pergilah dan lakukan wahai keponakanku apa yang engkau sukai. Demi Allah pasti aku tidak akan pernah menyerahkan engkau kepada siapapun dengan alasan apapun”.

Dalam perjalanan hijrah, Rasulullah SAW dan Abubakar r.a. bersembunyi dalam gua Tsuur dan musuh berkerumun tepat di mulut gua. Pada saat yang amat genting itu Rasulullah SAW tetap tenang dan tabah. Beliau menteramkan sahabatnya dan berbisik: “Jangan sedih dan takut, wahai Abu Bakar, karena Allah beserta kita”.[3]

Pada Perang Uhud saat Rasulullah SAW dan beberapa orang sahabat setia diserang musuh habis-habisan dari segala jurusan. Al Miqdad r.a. mengisahkan sebagai berikut:

“Demi Allah yang mengutus beliau dengan membawa kebenaran, beliau samasekali tidak beranjak sejengkal pun dari tempatnya, beliau tetap berdiri tegak berhadapan langsung dengan musuh, kadang-kadang sebagian dari sahabat beliau berlindung kepada beliau, kadang-kadang terpisah dari beliau, sedangkan beliau tetap berdiri melepaskan panahnya dan melempari musuh dengan batu sampai kaum musyrikin mundur meninggalkan tempat itu”. (HR. Al-Baihaqi).
8. Perlakuan terhadap Pembantu

“…Dan berbuat baiklah kepada hamba sahayamu (mereka yang berada dalam pengawasanmu)” (QS. An Nisaa’/4: 36). Bagaimana caranya?

“Berilah mereka makan sebagaimana engkau makan untuk dirimu sendiri, dan berilah mereka pakaian sebagaimana berpakaian untuk dirimu sendiri”.

“Jangan menyakiti pelayan-pelayan wanitamu, mereka adalah ciptaan Allah SWT”.

“Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya: ‘Ya Rasulullah, berapa kalikah saya harus memaafkan pembantu kami?’. Rasulullah SAW berdiam, sehingga orang itu bertanya lagi: ‘Ya Rasulullah, berapa kalikah saya harus memaafkan pembantu kami?’. Jawab beliau: ’70 kali sehari”.
9. Bertetangga

“…Berbuat baiklah kepada tetangga yang berdekatan dan tetangga yang jauh…” (QS. An Nisaa,/4: 37).

“Barangsiapa yang suka menyakiti tetangganya, maka ia tidak termasuk orang beriman dan tidak pula termasuk golonganku”

10. Pemalu

Nabi SAW bersabda: “Malulah kamu sekalian kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Para sahabat berkata: “Alhamdulillah, sungguh kami malu kepadaNya, ya Rasulullah”. Jawab beliau: “Bukan demikian, tetapi orang yang sungguh-sungguh merasa malu kepada Allah adalah selalu memelihara akal pikirannya dan selalu memelihara perutnya dengan segala isinya, serta selalu mengingat mati dan hancurnya badan. Barangsiapa yang menghendaki akhirat, hendaklah ia meninggalkan perhiasan kehidupan dunia, dan mengutamakan kehidupan akhirat tinimbang dunia”.

Nabi SAW sendiri adalah seorang pribadi pemalu, bahkan sangat pemalu, sehingga disifati oleh para sahabat sebagai “lebih pemalu daripada seorang gadis pingitan”. Beliau malu dalam banyak hal yang tidak ada hubungannya dengan misi beliau, tabligh, dakwah, melaksanakan tugas, membela kebenaran, menegakkan keadilan, taat dan bertaqwa kepada Allah SWT. Dan beliau marah, bahkan tegas berjihad memerangi kemusyrikan dan kesesatan demi tegaknya Kalimah Allah.

Pernah sebagian kaum muslimin masuk ke rumah Rasulullah SAW, lalu mereka asyik berbincang-bincang satu sama lain sambil menunggu makanan dihidangkan. Beliau sebenarnya kurang berkenan melihat ulah mereka duduk berlama-lama sambil bercengkerama menunggu makanan, namun beliau merasa malu menyuruh mereka keluar. Maka Allah SWT menurunkan firmanNya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya). Tetapi jika kamu diundang makan, maka masuklah dan bila sudah selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi, lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar”. (QS. Al-Ahzab/33: 53)

Beberapa hadits tentang rasa malu:

- “Sesungguhnya malu (haya’) dan iman berada dalam satu wadah, bila yang satu dicabut, maka yang satu lagi ikut tercabut”

- “Sesungguhnya Allah Ta’ala apabila hendak membinasakan seseorang, maka dicabutlah dari orang itu sifat malu. Bila sifat malu telah dicabut dari padanya, maka engkau akan menemukan dia dibenci orang, bahkan dianjurkan supaya orang benci kepadanya.

Kemudian bila kamu menemukan dia dibenci orang, maka sifat amanah dicabut dari padanya, apabila sifat amanah telah dicabut dari padanya, maka kamu akan menemukan dia sebagai seorang penghianat yang dicabut dari padanya sifat kasih sayang dan apabila sifat rahmah telah dicabut dari padanya, maka kamu akan menemukan dia sebagai seorang yang terkutuk dan lepaslah tali Islam dari genggamannya” .

Beberapa peristiwa yang membuat Nabi SAW merasa malu dilaporkan oleh para sahabat, antara lain bahwa beliau hampir tidak pernah menatap wajah seseorang, dan memalingkan muka dari orang yang membicarakan hal-hal tak baik dan pura-pura tidak memperhatikan pembicaraan yang tidak disukainya. Siti Aisyah ra. mengatakan: “Bila sampai kepada beliau berita tentang seseorang yang tidak menyenangkannya, beliau hanya memngatakan mengapa si Polan mengatakan begini dan begitu, bahkan beliau berkata, mengapa ada kaum yang berbuat atau berkata begini atau begitu dan beliau melarang berbuat serupa itu tanpa menyebut nama pelakunya”. Beliau pun, kata Siti Aisyah, tidak jarang menjelaskan sesuatu dengan kiasan karena beliau merasa malu. Misalnya ada seorang wanita bertanya tentang diizinkan tidaknya menikahi kembali bekas suaminya yang telah menceraikannya tiga kali setelah ia bercerai dari pria lain yang menikahinya tetapi tidak sampai melakukan hubungan khusus. Beliau menjawab “…sampai kamu merasakan manis madunya dan ia merasakan pula manis madumu…”. Tetapi ternyata ada juga yang kurang arif terhadap kiasan. Contohnya, ada seorang wanita yang bertanya mengenai mandi haid. Beliau menerangkan caranya dan mengatakan untuk mengambil secarik kain yang ditetesi parfum dan kemudian digunakan untuk bersuci. Namun wanita itu masih bertanya bagaimana bersuci dengan kain itu. Dan beliau dengan wajah memerah berkata “Subhanallah, lakukan saja”, tetapi wanita itu masih terus menanyakan caranya dan Nabi SAW dengan memalingkan wajah tetap berkata “lakukan saja”, sehingga Siti ‘Aisyah menarik wanita itu agak jauh dan berbisik kepadanya bahwa Rasulullah merasa malu untuk mengatakan bahwa kain itu untuk menghapus darah haid.

11. Humor Rasulullah SAW

Rasulullah Saw mengatakan “Hiburlah hatimu kapan saja ada waktu. Sesungguhnya apabila hati itu keras, butalah hati itu”. Beliau pun berkata “Tak baik orang yang tidak suka bersukaria dan orang yang tidak memberikan kegembiraan pada orang lain”. Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah di rumah adalah seorang yang lemah lembut, banyak senyum dan tertawa. Tetapi di lain pihak beliau memberikan “rambu-rambu” mengenai kelakar, antara lain:

“Janganlah kalian banyak bicara dan lupa berdzikir kepada Allah, karena hal itu menyebabkan hati kalian menjadi keras”

“Janganlah kalian terlalu banyak tertawa, karena tertawa seperti itu akan menyebabkan hati kalian mati”

“Barangsiapa yang tertawanya keras dan berlebihan, sebagian ilmunya akan langsung tercabut saat itu juga”.

Beberapa humor Rasulullah Saw adalah sebagai berikut:

- Seorang lanjut wanita usia menghadap Rasulullah SAW dan memohon, “Wahai Rasulullah, doakan aku supaya Allah mengampuniku dan aku ada di surga bersama Anda”. Rasul menjawab, “Apakah ibu tidak tahu bahwa surga itu tidak pernah dihuni oleh wanita-wanita lanjut usia?’. Mendengar itu ibu tadi menangis dengan keras, sedangkan Rasulullah SAW tersenyum sambil membacakan firman Allah “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (para bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka sebagai gadis-gadis perawan penuh cinta dan sebaya usianya”. (QS. Al Waqi’ah/56: 35)

- Pada suatu hari Rasulullah SAW datang ke pasar dan melihat Zuhair sedang berdiri menjajakan barang dagangannya. Beliau menghampiri diam-diam dan mendekapnya dari belakang. Zuhair meronta “Siapa ini? Lepaskan aku”. Tetapi ia mendapat isyarat dari orang-orang sekitarnya bahwa yang mendekap adalah Rasululah SAW, sehingga ia menghentikan rontaannya dan bahkan melekatkan tubuhnya ke dada beliau untuk mendapat keberkatan. Rasulullah berseru keras-keras “Siapa diantara kalian yang mau membeli budak ini?”. Zuhair menjawab “Wahai Rasulullah, pasti tidak ada seorang pun mau membeli orang seperti saya ini”. Rasul melepaskan dekapannya dan berkata dengan lembut “Anakku, engkau di mata Allah sangat tinggi nilaimu”.

- Suatu hari Rasulullah SAW sedang menikmati kurma bersama beberapa sahabat. Ali bin Abu Thalib r.a. diam-diam memindahkan seluruh biji kurmanya ke hadapan Rasulullah SAW waktu beliau sedang menoleh ke arah lain. Kata Ali: “Lihatlah, rupanya diantara kita ternyata Rasulullah yang paling banyak menghabiskan kurma” sambil menunjuk biji-biji kurma di hadapan beliau yang “menggunung”. Dan Rasul dengan sigap menjawab sambil menunjuk piring kosong di depan Ali: “Justru kau Ali yang paling banyak makan kurma. Lihat ‘tuh biji-bijinya pun kau telan habis”.


[1] “Sesungguhnya Allah dan malaikatNya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang beriman hendaklah kamu salawat dan mohon keselamatan untuk Nabi dengan sesungguhnya” (Al Ahzab/33: 56). Dan Umul Mukminiin Siti Khadijah r.a. menerima salam dari Jibril a.s. melalui Rasulullah SAW dan membalasnya pula melalui beliau.

[2] Mengenai kasih sayang Rasulullah SAW terhadap hewan, lihat “Rasulullah Mencintai Binatang”, karya Fuad Kauma; penerbit Hikmah, Bandung, 2005.

[3] “…Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (dari Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu itu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita…” (QS. At-Taubah/9: 40)

Label: ,